Sabtu, 06 Oktober 2007

bisa aku lanjutkan ceritaku?

yupz, kalau yang tadi cerita tentang Afra, sekarang aku ingin memperlihatkan bagaimana perjuangan seorang Icha memperjuangkan kegigihannya untuk menjlankan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim.
Di satu malam, saat materi IESQ. Tahulah, bahwa materi IESQ selalu mengingatkan kita pada dosa-dosa kita, Birrul Walidain dan pembentukan karakteristik akhlak kita. Di tengah-tengah materi, Icha jatuh pingsan. Waktu itu, kami sebagai pendamping belum pernah mengalami pingsannya peserta saat materi IESQ. Setelah acara tersebut selesai Icha bertambah aneh dengan terindikasinya bahwa ada lelembut yang merasuki badannya. Wah, kami jadi was was juga. Kami takut banget kalau ada apa-apa. Setaelah lama Icha dibacakan ayat-ayat Alqur'an dan di Ruqyah oleh salah satu guru keagmaan kami, Icha akhirnya sadar juga. Saat ditanya, Ia hanya menjawab degan suara yang sangat lirih,"Aku takut ibu dosa!!". Setelah kami bertanya hal yang lebih jauh tentang kehidupannya, kami mendapat satu pelajkaran lagi. Ayah Icha seorang dukun, Kakak kandundnya murtad dan sekarang beragama lain. Adiknya tak jelas aqidahnya, hanya tinggal Ia dan Ibunya. Itupun mereka tak ada apa-apanya dihadapan ayah Icha. Karena ayahnya selalu melarang mereka Sholat ataupun mengaji. Hingga saat itu, Icha belum bisa membaca Alqur'an dengan baik alias masih Iqro'.

Ada lagi seseorang anak kelas 2 SMA. Sebutlah namanya Ayu. Ibunya katholik dan ayahnya Islam. Sayang, ayah Ayu bekerja di luar kota, sehingga yang menemaninya beribadah hanyalah pembantunya. Dan bisa kita asumsikan bahwa Kedaannya sangat tidak kondusif. Dia menjadi aktivis Pump yang kami anggap sebagai pekerjaan yang lebih banyak madhorot dari pada manfaatnya.

Di suatu malam, juga setelah matewri IESQ, ada hal yang sangat lucu terjadi. Tiba-tiba beberapa peserta kami yang baru duduk di kelas 2 SMP berkonsultasi tentang bagaimana cara untuk memutuskan hubungan mereka dengan pacar-pacar mereka. Wah, setelah ini sepertinya kami perlu belajar ilmu psikologi remaja. Karena semua solusi yang kami ajukan pada mereka berbeda sekali dengan pemikiran mereka. Kami sulit untuk mebumikan solusi kami dikehidupan mereka. Maklumlah, kami belum dan tidak akan pernah berpacaran, amien!!

Masih kesan tentang IESQ, suatu malam, 21 orang pingsan. Ruang kesehatan sudah tidak cukup menampung semua peserta yang pingsan. Mereka lalu dialokasikan ke ruang kamar kami sebagai pendamping. Kami yang ber-25 harus bolak balik untuk nggotong mereka satu-persatu. Hal yang sangat menghebohkan!!

Akhirnya, hari ini di rumahku, saat aku menunggu sisa Romadhon menjelang hari yang fiti, aku merenungkan tentang ini semua. Kenangan ini, akan menjadi kenangan yang sangat indah. Bagaimana kami senam setiap pagi dalam keadaan berpuasa, menjalani hari-hari kami dengan luntang lantung bolak balik asrama sekolah, betapa kami telah membentuk organisasi baru: WB (pokoknya maknanya organisasi yang mengumpulkan orang yang 'gak puasa') yang bertugas mencuci mangkuk ta'jil kami saat yang lain sholat mmaghrib. Bagaimana kami kesal, sedih, letih, bahagia mendapat banyak teman baru, membagi segalanya bersama selama 24 hari. Dan tak sedikit kejadian-kejadian lucu yang menggandrungi kehidupan kami, dan mungkin yang paling heboh adalah saat kami mepersiapkan try out yang susahnya minta ampun!!

Semoga Allah SWT selalu menuntun setiap langkah kita, Amien. Wallahua'lamu bis Shawab.

Tidak ada komentar: