Jumat, 14 Desember 2007

Semua Puisinya Soe

Kawan, semua puisi yang kutulis hari ini adalah buah karya Soe hok Gie!!!

Pesan

Hari ini aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka
yang tanpa tentara
mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi

Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?

Cahaya Bulan

Akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku
Kabut tipis pun turun pelan pelan di Lembah Kasih
Lembah Mandalawangi
Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika kudekap
Kau dekaplah lebih mesra
Lebih dekat
Apakah kau masih akan berkata
Kudengar detak jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta

Cahaya bulan menusukku
Dengan ribuan pertanyaan
Yang takkan pernah kutahu dimana jawaban itu
Bagaikan letusan berapi
Membangunkanku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri
Mencari jawaban kegelisahan hati

Sebuah Puisi Karya Sang Demonstran

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekah.
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza.
Tapi, aku ingin habiskan waktuku di sisimu, sayangku.
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang
manis di lembah Mendalawangi.

Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang.
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra.
Tapi aku ingin mati di sisimu, manisku.
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya.
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu.

Mari sini, sayangku.
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku.
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung.
Kita tak pernah menanamkan apa-apa,
kita takkan pernah kehilangan apa-apa.

Soe Hok Gie
(CSD, Selasa, 11 November 1969)

Dimana Hidupku yang Dulu

Kawan, ketahuilah!
Saat ini aku sedang begitu tidak mengerti dengan kehidupan yang melandaku. Aku bingung mencari sesuatu yang hilang dari diriku. Yang sejak satu setengah tahun yang lalu aku anggap sebagai hal berharga, menyenangkan dan esensial.

Aku sangat suntuk dengan kehidupan yang konstan seperti sekarang ini. Aku juga sangat bingung kapan aku harus berhenti sejenak dan melangkah lagi. Ehm...
Jadi begini, suatu hari aku berfikir tentang makna dan esensi hidup yang kelas V kemarin setiap hari aku rasakan. Ya, aku tau semuanya itu aku temukan saat aku sedang bersemangat belajar menghadapi hidup yang masih sangat baru dan sangat menyenangkan bagiku. Dan saat ini, karena begitu padatnya waktu sekolah dalam menghadapi momok yang selalu terkesan mengerikan bernama UAN, aku harus hidup menghampa tanpa semangat apa-apa.

Entahlah, mungkin ini salahku karena terlalu bahagia di waktu lalu, ataukah memang aku sedang merasa jenuh dengan segala yang kulakuakan setengah tahun ini?

Tapi masih ada sebersit cita-cita yang kurintis. Aku hanya berharap disiplin ilmu ini bisa bermanfaat nantinya, amin. Dan bahagianya, setiap jum'at selalu ada kajian rutin yang menghilangkan sunutk dalam otakku. Alhamdulillah...
Kawan, do'akan aku untuk ini....

Rabu, 24 Oktober 2007

Cinta Lokasi Massal di PPR

Wah, dari judulnya aja sepertinya sudah bikin semua 25 anggota was-was. Hal ini diindikasikan malunya mereka dengan cinta lokasi massal yang terjadi selama hampir 24 hari itu. Ya, karena tulisan ini dikhususkan untuk kami ber-25, jadi mohon maaf nih, yang gak nyambung yang bukan anak PPR.

Jadi teman-teman, pesan dari guru fiqh kita kemarin, jangan menilai segala hal itu dari mukanya saja. Karena belum tentu yang kita lihat itu sempurna sampai-sampai jadi jaminan masuk surga segala. Karena keridhoan itu ada hanya di tanganAllah. Yah, Ramadhan dan lebaran sudah sangat lewat, tapi ingatanku tentang lucunya kalian masih terngiang lekat di otakku. Dan masalah ideologi itu, pokoknya kita kader Muhammadiyah. Dan lihatlah segala hal itu dari esensinya, bukan "bungkusnya". Maaf lahir bathin!!!

Dadunk,... tiap malem denger "tu kaset" apa gak bosen???
Tapi di luar pergulatan ideologi itu, jatuh cinta adalah Hak Asasi Manusia, ya nggak Lila, Tohenk, Dadunk???

Sekali lagi, maaf lahir bathin ya....

Sabtu, 06 Oktober 2007

bisa aku lanjutkan ceritaku?

yupz, kalau yang tadi cerita tentang Afra, sekarang aku ingin memperlihatkan bagaimana perjuangan seorang Icha memperjuangkan kegigihannya untuk menjlankan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim.
Di satu malam, saat materi IESQ. Tahulah, bahwa materi IESQ selalu mengingatkan kita pada dosa-dosa kita, Birrul Walidain dan pembentukan karakteristik akhlak kita. Di tengah-tengah materi, Icha jatuh pingsan. Waktu itu, kami sebagai pendamping belum pernah mengalami pingsannya peserta saat materi IESQ. Setelah acara tersebut selesai Icha bertambah aneh dengan terindikasinya bahwa ada lelembut yang merasuki badannya. Wah, kami jadi was was juga. Kami takut banget kalau ada apa-apa. Setaelah lama Icha dibacakan ayat-ayat Alqur'an dan di Ruqyah oleh salah satu guru keagmaan kami, Icha akhirnya sadar juga. Saat ditanya, Ia hanya menjawab degan suara yang sangat lirih,"Aku takut ibu dosa!!". Setelah kami bertanya hal yang lebih jauh tentang kehidupannya, kami mendapat satu pelajkaran lagi. Ayah Icha seorang dukun, Kakak kandundnya murtad dan sekarang beragama lain. Adiknya tak jelas aqidahnya, hanya tinggal Ia dan Ibunya. Itupun mereka tak ada apa-apanya dihadapan ayah Icha. Karena ayahnya selalu melarang mereka Sholat ataupun mengaji. Hingga saat itu, Icha belum bisa membaca Alqur'an dengan baik alias masih Iqro'.

Ada lagi seseorang anak kelas 2 SMA. Sebutlah namanya Ayu. Ibunya katholik dan ayahnya Islam. Sayang, ayah Ayu bekerja di luar kota, sehingga yang menemaninya beribadah hanyalah pembantunya. Dan bisa kita asumsikan bahwa Kedaannya sangat tidak kondusif. Dia menjadi aktivis Pump yang kami anggap sebagai pekerjaan yang lebih banyak madhorot dari pada manfaatnya.

Di suatu malam, juga setelah matewri IESQ, ada hal yang sangat lucu terjadi. Tiba-tiba beberapa peserta kami yang baru duduk di kelas 2 SMP berkonsultasi tentang bagaimana cara untuk memutuskan hubungan mereka dengan pacar-pacar mereka. Wah, setelah ini sepertinya kami perlu belajar ilmu psikologi remaja. Karena semua solusi yang kami ajukan pada mereka berbeda sekali dengan pemikiran mereka. Kami sulit untuk mebumikan solusi kami dikehidupan mereka. Maklumlah, kami belum dan tidak akan pernah berpacaran, amien!!

Masih kesan tentang IESQ, suatu malam, 21 orang pingsan. Ruang kesehatan sudah tidak cukup menampung semua peserta yang pingsan. Mereka lalu dialokasikan ke ruang kamar kami sebagai pendamping. Kami yang ber-25 harus bolak balik untuk nggotong mereka satu-persatu. Hal yang sangat menghebohkan!!

Akhirnya, hari ini di rumahku, saat aku menunggu sisa Romadhon menjelang hari yang fiti, aku merenungkan tentang ini semua. Kenangan ini, akan menjadi kenangan yang sangat indah. Bagaimana kami senam setiap pagi dalam keadaan berpuasa, menjalani hari-hari kami dengan luntang lantung bolak balik asrama sekolah, betapa kami telah membentuk organisasi baru: WB (pokoknya maknanya organisasi yang mengumpulkan orang yang 'gak puasa') yang bertugas mencuci mangkuk ta'jil kami saat yang lain sholat mmaghrib. Bagaimana kami kesal, sedih, letih, bahagia mendapat banyak teman baru, membagi segalanya bersama selama 24 hari. Dan tak sedikit kejadian-kejadian lucu yang menggandrungi kehidupan kami, dan mungkin yang paling heboh adalah saat kami mepersiapkan try out yang susahnya minta ampun!!

Semoga Allah SWT selalu menuntun setiap langkah kita, Amien. Wallahua'lamu bis Shawab.

Rabu, 03 Oktober 2007

Romadhon ini, Romadhon yang menakjubkan

Awalnya, aku sangat bingung dengan segala hal yang terjadi akhir-akhir ini. Ternyata, Allah menunjukkan hal yang sangat hebat di Romadhon tahun ini. Kedengarannya mungkin sangat biasa, 'Pesantern Putri Ramadhan 1428 H Madr. Mu'allimaat Muhammadiyah Djodja'. Sangat sederhana, karena ceritanya aku menjadi salah satu anggota dari pendamping yang punya tugas mendampingi adik2 yang menjadi peserta PPR. Tapi Subhanallah, Maha suci Allah, aku mendapat banyak sekali pelajaran berharga. Hari ini, kami mendampingi peserta gelombang terakhir dari SMK YPKK 1 Bantul setelah mendampingi 7 gelombang sebelumnya dari berbagai SMA seperti SMA 5, 2, 11, 9 Jogja dan beberapa SMP dan Mts. Karena ini sudah gelombang yang terakhir, maka saat inilah aku merasakan betapa esensialnya perjuangan kami ber-25 selama 20 hari terakhir.
Di satu waktu, kami menemukan sebuah fenomena masyarakat kita. Sebut saja namanya afra. Ia anak yang cerdas dan pintar. Sangat terlihat dari pakaiannya bahwa Ia sama sekali berasal dari keluarga yang sangat mampu. Melihatnya, akan ada rasa iba karena dia ditinggalkan oleh teman-teman sebayanya. Menyapanya, serasa menjadi makhluk asing karena seolah Ia tidak mengenal siapa kita dengan tatapan penuh kecurigaan. Mengajak Ia bicara, seperti mengajak anak usia balita mengobrol karena Ia sangat senang didengar dan diberikan pujian. Tapi saat kita mempertanyakan tentang hal hidupnya, kita hanya bisa merasakan miris yang berkecamuk karena ternyata, Ia sedang telah terkena gangguan pada saraf beberapa bulan yang lalu dan sekarang dalam masa penyembuhan. Ayahnya seorang dosen di sebuah Universitas swasta dan Ibunya aktif dalam sebuah lembaga pemerintahan. Ia dituntut mendapat nilai yang sempurna, tanpa perhatian sedikitpun lantaran sibuk orang tuanya. Ia merasa tertekan dengan tuntutan itu hingga jiwa yang mengendalikannya tak mampu menahan perasaan yang begitu menekannya. Saat ini, terakhir yang aku dengar, Ia terancam dikeluarkan dari sekolah karena pihak sekolahnya menganggap Ia lebih baik sekolah di Lembaga2 Pembinaan anak2 luar biasa. Aku merasakan sesuatu yang berbeda setiap kali melihatnya. Aku mendapatkan satu pelajaran tentang hidup.
Ini hanyalah satu cerita, mungkin aku bisa melanjutkannya di hari lain, karena masih banyak hal yang memberiku esensi yang besar.